Author: Nuraini Juliastuti
Catatan ini merefleksikan penggunaan bahasa Inggris dan kebergantungan Tiny Toones pada para volunter asing dalam menyelenggarakan aktivitas mengajar sehari-hari. Lebih jauh, catatan ini membuka pintu observasi lebih jauh atas bagaimana peran para aktivis Tiny Toones yang juga adalah orang lokal. Apakah mereka tepat untuk disebut sebagai mediator budaya? [...]
Pertukaran macam apa yang bisa diproduksi dari proses belajar dimana si pengajar dan si murid tidak saling menguasai bahasa masing-masing? Apakah proses belajar bisa dimaknai ulang sebagai pertukaran pengetahuan dimana posisi pengajar dan murid dipandang setara, dan juga bahasa tidak dipandang sebagai faktor determinan yang menentukan proses belajar? Apakah makna 'hasil' dalam proses belajar yang seperti ini? Tulisan ini mencatat...
Tiny Toones sebagai ruang pendidikan seni alternatif memiliki poin menarik untuk diperbincangkan baik dari segi seni, komunitas maupun pendidikan. Sasaran utama bagi program pendidikan mereka adalah anak usia 6-17 tahun. Rentang usia ini didapat dari permasalahan anak-anak hingga remaja yang dihadapkan dengan banyaknya transaksi narkoba di sekitar mereka. [...]
Kebingungan atas pemakaian mata uang United States Dollar dan Cambodian Riel di Phnom Penh menimbulkan perasaan tidak pasti. Ketidakpastian ini muncul karena tidak yakin atas jumlah uang yang diterima, juga khawatir akan potensi penipuan uang. Tulisan ini mencatat politik pertukaran mata uang sebagai karakter penting dalam pergaulan sehari-hari di tingkat lokal. Ia perlu dipertimbangkan dalam proyek penelitian tentang ruang seni...
Buklet Kata Kunci Praktik Teknologi Vernakular di Indonesia lahir dari Kultur Cell–sebuah proyek penelitian yang bertujuan untuk menelusuri praktik-praktik sosial baru yang tercipta dari penggunaan handphone. Kultur Cell merupakan bagian dari proyek riset payung “Konvergensi Media dan Teknologi di Indonesia: Sebuah Perspektif Budaya” yang dilakukan oleh Kunci Cultural Studies Center dan didukung oleh Ford Foundation. [...]
Afterwork Readings merupakan salah satu perpanjangan proyek A Room of Their Own, kerja sama antara KUNCI Cultural Studies Center, Yogyakarta, dan Para Site, Hong Kong. Pada awal 2015 kami menerima undangan Para Site untuk melakukan penelitian tentang buruh domestik migran di Hong Kong dan kemudian tertarik pada komunitas penulis dan perpustakaan bergerak buruh migran Indonesia di Victoria Park. Mereka pulalah...
I fell asleep for 30 minutes in the early part of the flight from Vienna to Amsterdam last week. It was Saturday, September 1, 2012. I initially thought that the aircraft was still preparing for take off in Schwechat international airport until I saw bubble-shaped clouds from my window. We flew up in the air. [...]
Klik di sini untuk artikel dalam bahasa Indonesia Keroncong Pembunuhan is a short story written in mid-1980s. It tells the story of a pool-side killing. Keroncong music is a vital part of the scene. Keroncong is some kind of music that invokes memories of the late 19th and early 20th century in Jakarta and [...]
Catatan atas Catatan Perang Hari Ini
oleh Nuraini Juliastuti Saya akan berbicara tentang perang nilai. Tulisan ini adalah kompilasi catatan yang saya kumpulkan dari penggalan-penggalan peristiwa dan ingatan-ingatan pribadi saya atas hal-hal yang saya kategorikan sebagai perang nilai itu. Sampai di sini saya merasa tidak sepenuhnya yakin untuk memasukkan kata ‘iklan’. Bukan karena ia tidak berhubungan dengan perang yang ingin saya [...]
Workshop Penerjemahan “The Wealth Of Networks: How Social Production Transforms Markets and Freedom” (Yochai Benkler,2006)
Sebagai bagian dari komponen penerjemahan dalam proyek “Konvergensi Media dan Teknologi di Indonesia”, KUNCI publication...
Komunike #6
I. Salon Apokalips SELAMA tidak ada orang seperti Stalin yang menghembuskan nafasnya di tengkuk kita, mengapa tidak membuat beberapa karya seni yang dipersembahkan untuk… pemberontakan? Tidak soal kalau ini “tidak mungkin”. Apa lagi yang bisa kita harapkan melainkan yang “tidak mungkin”? Haruskah kita menunggu orang lain yang mengungkapkan hasrat sejati kita? Jika seni telah mati, [...]
Dulu mereka menyebut saya pelawak, sekarang saya disebut pemikir berbahaya
Berikut adalah wawancara versi lengkap Shobhan Saxena dengan Slávoj Zizek, “Dulu mereka menyebut saya pelawak, sekarang...